Pages

Selasa, 05 Agustus 2014

Gunung Prau: Edisi Petualangan di Dataran Tinggi Dieng

Sebelumnya aku tidak pernah tau tentang keberadaan gunung ini. Aku tak pernah mendengar orang membicarakan ini. Malah aku mengira gunung ini adalah Gunung Tangkuban Perahu yang ada di Jawa Barat. Ternyata  memang beda, yang ini ada di Jawa Tengah.

Gunung Prau terletak di 4 wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Bajarnegara, Wonosobo, Batang, dan Kendal. Memiliki ketinggian 2565 mdpl gunung ini memang tergolong pendek. Terdapat 2 jalur pendakian yaitu jalur Desa Kenjuran, Kecamatan Sukoreja dan jalur Desa Patang Banteng di Dataran Tinggi Dieng. Kali ini kami memilih untuk mendaki lewat jalur Desa Patang Banteng.

Beberapa hari sebelum hari pendakian, aku mencari-cari info tentang Gunung Prau di internet. Tentang keunikannya, jalur pendakian, cerita-cerita dari yang sudah pernah mendaki, dan juga gambar-gambar keindahannya. Cerita tentang bukit teletubies yang terletak di puncaknya membuatku penasaran. Apa bener film Teletubies syutingnya di sini? Bukannya itu di luar negeri ya?

Aku pergi mendaki bersama teman-teman sekelas. Kami sebut diri kami “E2 Rock n Roll” alias Education 2 Rock n Roll. Kami semua adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Unissula Semarang. Sebenarnya ini petualangan kedua kami di Dataran Tinggi Dieng. Namun, pendakian sebelumnya di Gunung Sikunir aku tidak ikut.

Petualangan bermula di Desa Patang Banteng. Basecamp di sini terletak di belakang sekolah TK. Awalnya sempat bingung mencarinya. Aku kira malah nyasar atau salah tempat. Namun, berkat petunjuk sebuah tanda panah merah di tembok akhirnya kami tiba di basecamp.
Peta jalur pendakian via Desa Patang Banteng


Di sekitar basecamp terdapat banyak sekali penjual Carica. Itu lho manisan pepaya khas Dieng. Dengan selembar uang 5000 atau 10 koin 500an kita sudah bisa mendapat 1 mangkuk Carica khas Dieng.

Awal-awal mendaki, kiri kanan jalan terdapat lahan pertanian milik penduduk. Macam – macam sayuran yang ditanam ada tomat, kubis, sawi putih, kentang, dll. Aku kagum sekali melihat hamparan berhektar-hektar kebun sayuran di sini yang sebelumnya hanya ku lihat lewat tv atau internet saja.  Inilah salah satu dari ratusan keindahan di Dataran Tinggi Dieng.

Setelah cukup jauh berjalan melewati kebun-kebun sayuran, tibalah kami di daerah yang banyak pepohonan. Pohon-pohon disini kecil-kecil hanya beberapa saja yang besar. Jalurnya licin dan terjal. Tak jarang kami harus merangkak dan terpeleset saat berjalan. Di tambah jarak antar pohon yang cukup jauh, menyulitkan kami untuk mencari pegangan agar tidak jatuh terpleset. Terpaksa kami harus berpegangan pada batu atau gundukan tanah. Alhasil tangan menjadi blepotan tanah dan kuku2 menghitam.

Ada kejadian yang entah aku harus bersedih atau tertawa. Sampai sekarang pun aku masih sulit untuk mempercayainya. Ini bisa juga disebut sebagai tragedi. Ya tragedi Bani minum spirtus.

Seorang mahasiswa kampus swasta di Semarang berinisial B telah meminum spirtus saat mendaki Gunung Prau. Diduga pelaku mengira air yang diminumnya adalah air mineral biasa. Setelah menyadari bahwa air tersebut terasa panas di mulut, pelaku langsung menghentikan aksinya. Terdakwa berinisial P mengaku tidak sengaja mengambil botol air mineral yang salah kepada pelaku. Untungnya tidak terjadi apa2 pada B. Hanya terasa pusing saja ujarnya. Sekian berita terkini yang saya laporkan langsung dari Gunung Prau. Saya Isna Pertiwi selamat sore.

Mungkin begitu kiranya jika ada wartawan yang tak sengaja lewat di situ. Untung saja Bani tetep sehat bisa jalan. Pras yang tidak sengaja melakukannya langsung jadi bahan bulyan teman-teman. Hahahaha. Lain kali botolnya harus ditulis pake spidol permanen biar gag ketuker.

Kami mulai mendaki sekitar pukul setengah empat. Jam setengah 6,  tanda2 puncak sudah dekat belum juga terlihat. Batu2 besar dan tak adanya pepohonan biasanya menandakan bahwa puncak tak jauh lagi. Padahal hari sudah mulai gelap dan adzan maghrib sebentar lagi akan berkumandang.
sore di Gunung Prau


Hari sudah benar-benar gelap. Matahari sudah kembali keperaduannya diganti dengan jutaan bintang-bintang. Meski banyak namun cahayanya tak mampu menyinari perjalanan kami.

“Senter mana senter”. Sekarang senter yang menjadi penerangan andalan. Karena tidak semuanya membawa senter, aku meminjamkan senterku ke teman yang jalan paling depan. Alhasil aku banyak kesandung dan utung saja tidak sampai jatuh.

Jam 7 kami tiba di puncak. Temanku yang jalan paling depan berteriak kegirangan ketika melihat tenda-tenda yang berdiri.”Hayyyy puncak-puncak cepet cepet sini. Liat tu ada tenda-tenda”... Semua senang. Akhirnya setelah perjalanan selama 3 setengah jam kami tiba di tujuan.


3 tenda kami dirikan. 2 tenda cewek dan 1 tenda besar untuk cowok. Makan malam kami kali ini cukup dengan mie instan dan energen. Semua kenyang, semua senang.

Brrrrrrr.....malam itu adalah malam paling dingin seumur hidupku. Kaos panjang, jaket 2 lapis, kaos kaki, celana training panjang, rok panjang, kaos kaki, kerudung panjang, dan selimut, semua aku kenakan masih saja terasa sangat dingin. Hanya sesekali angin menggoyangkan tenda tapi terasa sangat dingin. Hanya ada 1 kata untuk mendeskripsikan malam itu yaitu DINGINNNNNNNNN. Aku ingin pagi cepat datang.

Pemandangan matahari terbit menjadi buruan kami pagi itu. Namun sayangnya kabut tebal tak mau mengalah pada kami. Hanya sesekali saja kabut pergi. Pada saat kabut menipis, aku tak sia-siakan kesempatan ini untuk berfoto berlatar pemandangan gunung Sindoro dan Sumbing serta langit yang berwarna orange.

Aku takjub pada tempat ini. Bukit teletubies yang menjadi bayanganku sedari kemarin, sekarang aku berdiri diantaranya. Tempat nyata dan seindah yang aku lihat di internet. Bunga-bunga kecil menyelimuti dan menambah keindahannya. Dan tentu saja film teletubies tidak mengambil latar di sini hahaha itu cuma khayalanku saja. Pantas saja jika gunung ini mendapat julukan Gunung seribu bukit.                              

                                
Aku tidak menyesal pergi ke tempat ini. Walaupun jalannya licin dan terjal serta sehingga aku sering terjatuh. Perjalanan ini mengajariku banyak hal tentang mensyukuri nikmat, mengagumi keagungan ciptaan Allah, dan mengetahui kekayaan dan keindahan alam Indonesia. Jujur setelah perjalanan ini aku semakin yakin untuk tetap tinggal di Indonesia. Beberapa waktu yang lalu aku sempat berniat untuk pergi belajar ke luar negeri. Namun, setelah semakin dalam mengenal Indonesia, aku semakin niat itu aku ikhlaskan.


Bersambung ke petualangan selanjutnya...

subuh di puncak Gunung Prau

ini kami rakyat E2

pemandangan Gunung Sindoro dan Sumbing di Gunung Prau

bukit teletubies

hamparan bunga-bunga di bukit teletubies

Tidak ada komentar:

Posting Komentar