Pages

Sabtu, 15 Juni 2013

KONSEP PENDIDIKAN RAHMAH EL YUNISIYAH 
PEJUANG PENDIDIKAN WANITA INDONESIA


Rahma El Yunusiyah


A.    Biografy Rahmah El Yunusiyah
Rahmah El Yunusiyah lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 29 Desember 1900. Beliau adalah putri pasangan Syekh Muhammad Yunus dan Rafi’ah. Beliau merupakan anak terakhir dari lima bersaudara.

Keluarga Rahmah merupakan keluarga yang disegani oleh masyarakat. Ayah Rahmah adalah seorang ulama besar dan pemimpin Tarikat Naqsyabandiyah. Ibu Rahmah adalah wanita terhormat dan taat agama. Kakak pertama Rahmah, Zainuddin Labay El Yunusi adalah pendiri Diniyah School dan tokoh agama di Padang Panjang.

Dalam perjalanan mencari ilmu Rahmah lebih berguru kepada keluarga sendiri, para tokoh ulama, para ahli bidang suatu ilmu, dll. Walaupun Rahmah juga bersekolah di Diniyah School, sekolah milik kakak pertamanya.

Selain belajar di Diniyah School, Rahmah juga belajar di beberapa tempat. Rahmah pernah berguru kepada seorang ulama di Surau Jembatan Besi bersama tiga sahabatnya. Ia juga belajar ilmu kebidanan kepada bibinya sendiri dan dua orang dokter yang bekerja di Rumah Sakit Kayu Taman. Ilmu keperawatan juga berhasil ia kuasai berkat bimbingan tiga orang dokter. Ilmu senam juga tak ketinggalan. Ilmu senam ia dapat dari seorang guru wanita Belanda. Ilmu menenun dan menjahit tak kalah menarik bagi Rahmah. Ia sengaja mendatangi sentra-sentra penenunan untuk belajar menenun dan menjahit. Rahmah adalah muslimah yang haus ilmu. Statusnya sebagai wanita muslim tak menghalanginya untuk terus belajar.

Dengan kecerdasan dan rasa empati yang kuat dalam hal pendidikan khususnya wanita, Rahmah sukses mendirikan beberapa perguruan. Salah satunya yang terus berkembang dan maju sampai sekarang adalah Perguruan Diniyah Puteri. Karena prestasinya dalam dunia pendidikan, beliau menerima gelar Syaikhah dari Universitas Al-Azhar Mesir. Beliau adalah wanita pertama yang menerima gelar tersebut. Selama masa penjajah beliau aktif dalam menentang penjajah dengan cara memotivasi para pemuda dan memimpin beberapa organisasi anti penjajah.

Beliau menutup mata pada usia 69 tahun. Beliau meninggal pada tanggal 26 Februari 1969. Makam beliau terletak di samping asrama Perguruan Diniyah Puteri.


B.     Pemikiran Rahmah El Yunusiyah
Pada dasarnya semua wanita tidak terkecuali merupakan seorang pendidik. Bahkan terdapat pepatah “Ibu adalah sekolah pertama bagi anak”. Di dalam rumah ibu lebih memiliki banyak waktu untuk anak-anak daripada ayah karena pekerjaan utama ayah adalah mencari nafkah untuk keluarga. Oleh sebab hal itu, ibu adalah orang yang paling dekat dan berpengaruh bagi anak.

Ibu adalah seorang pendidik bagi anak yang di masa depan akan menjadi generasi penerus bangsa. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.
Jepang adalah negara yang masyarakatnya sangat giat bekerja baik laki-laki maupun perempuan. Kebanyakan orang mengira bahwa para orang tua di sana menyerahkan anaknya kepada pengasuh professional untuk merawat anaknya. Namun, hal itu salah.
Di Jepang saat seorang wanita telah menikah dan memiliki anak maka ia harus berhenti bekerja. Mereka tidak mau pekerjaan mereka sebagai ibu di ambil alih oleh pengasuh. Mereka mengasuh dan mendidik anak mereka sendiri. Mereka berpendapat bahwa lebih baik mengasuh anak sendiri dari pada menyewa pengasuh karena mendidik anak adalah pekerjaan yang tidak dapat digantikan oleh orang lain. Wanita Jepang yang memiliki anak akan aktif kembali bekerja jika anak mereka sudah cukup dewasa.
Para ibu di Jepang sadar bahwa pendidikan anak harus diberikan oleh sang ibu sendiri sehingga anak tersebut mendapat bimbingan maksimal. Pekerjaan mengasuh anak secara logika pastinya lebih baik dikerjakan oleh ibu sendiri daripada diserahkan oleh pembantu rumah. Hal itu terjadi karena secara batin seorang ibu pastinya memiliki  cinta kasih yang lebih tinggi daripada pembantu yang mengasuh. Wanita Jepang merasa  bangga mendidik putra-putrinya  sendiri. Ukuran sukses keluarga Jepang tidak saja dilihat  dari banyaknya uang yang berhasil dikumpulkan, tetapi  juga dalam mendidik anak-anaknya. 
Wanita yang terdidik akan melahirkan generasi yang terdidik juga. Oleh karena itu, menurut Rahmah para wanita memerlukan pendidikan khusus wanita yang diajarkan sendiri oleh kaum wanita. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kedudukan wanita. Peningkatan yang dimaksud adalah peningkatan dalam bidang intelektual, kepribadian, ketrampilan, dll.
Rahmah El Yunusiyah berpendapat bahwa kaum perempuan membutuhkan model pendidikan tersendiri yang terpisah dari laki–laki karena ajaran Islam memberikan perhatian khusus kepada watak dan peran kaum perempuan. Kaum perempuan membutuhkan lingkungan pendidikan tersendiri di mana topik–topik ini bisa dibicarakan secara bebas sehingga pendidikan yang dimaksud dapat tercapai. Hal ini didasari oleh pengalaman Rahmah sendiri selama belajar di Diniyah School dan Surau Jembatan Besi.
Rahmah merasa bahwa pendidikan dengan sistem campur antara laki-laki dan perempuan dapat membatas kaum perempuan untuk menerima pendidikan yang cocok dengan kebutuhan mereka. Rahmah ingin menawarkan kepada anak–anak perempuan pendidikan sekuler dan agama yang setara dengan pendidikan yang tersedia bagi kaum laki–laki, lengkap dengan program pelatihan dalam hal keterampilan yang berguna sehingga kaum perempuan dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif.
Rahmah  percaya bahwa perbaikan posisi kaum perempuan dalam masyarakat tidak dapat diserahkan kepada pihak lain, hal ini harus dilakukan oleh kaum perempuan sendiri. Melalui lembaga seperti itu, ia berharap bahwa perempuan bisa maju, sehingga pandangan lama yang mensubordinasikan peran perempuan lambat laun akan hilang dan akhirnya kaum perempuan pun akan menemukan kepribadiannya secara utuh dan mandiri dalam mengemban tugasnya sejalan dengan petunjuk agama.
Cita-cita Rahmah ini kemudian dirumuskan menjadi tujuan Perguruan Diniyah Puteri yang didirikannya. Tujuan tersebut adalah “Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan ajaran Islam dengan tujuan membentuk putri yang berjiwa Islam dan Ibu Pendidik yang cakap, aktif serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air dalam pengabdian kepada Allah subhanahu wa ta’ala”.
Rahmah membuat argumen seperti yang di atas berdasarkan hadist nabi yang menyatakan setiap muslim wajib menuntut ilmu baik laiki-laki maupun perempuan. Hadist tersebut adalah:
رواه إبن عبد البر)) طَلَبُ اْلعِلْمَ فَرِيْضِةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ
Artinya :
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari)
Menurut Rahmah bahwa masyarakat yang baik dapat dilihat dari kehidupan rumah tangganya.Rumah tangga adalah tiang masyarakat dan masyarakat tiang negara. Wanita adalah tiang rumah tangga. Selain Adam, tiap manusia dilahirkan oleh wanita. Sebab itu beliau menginginkan melalui pendidikan, setiap wanita menjadi ibu yang baik dalam rumah tangga, masyarakat dan di sekolah.
Sumber:
Ajisma.Noveri.Lia Nuralia.2002.Rahmah El Yunusiyah Tokoh Pembaharu Pendidikan Dan Aktivis Perempuan di Sumatera Barat.Padang:Balai Pengembangan Kebudayaan Dan Pariwisata.
Beberapa artikel pendukung yang terdapat di website.


so-far� - a ��� d� '>Rahmah membuat argumen seperti yang di atas berdasarkan hadist nabi yang menyatakan setiap muslim wajib menuntut ilmu baik laiki-laki maupun perempuan. Hadist tersebut adalah:

رواه إبن عبد البر)) طَلَبُ اْلعِلْمَ فَرِيْضِةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ
Artinya :
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari)
Menurut Rahmah bahwa masyarakat yang baik dapat dilihat dari kehidupan rumah tangganya.Rumah tangga adalah tiang masyarakat dan masyarakat tiang negara. Wanita adalah tiang rumah tangga. Selain Adam, tiap manusia dilahirkan oleh wanita. Sebab itu beliau menginginkan melalui pendidikan, setiap wanita menjadi ibu yang baik dalam rumah tangga, masyarakat dan di sekolah.


Sumber:
Ajisma.Noveri.Lia Nuralia.2002.Rahmah El Yunusiyah Tokoh Pembaharu Pendidikan Dan Aktivis Perempuan di Sumatera Barat.Padang:Balai Pengembangan Kebudayaan Dan Pariwisata.
Beberapa artikel pendukung yang terdapat di website.



Rabu, 24 April 2013

Resensi Film "Heart Is"


Oleh: Isnaini Roro Pertiwi


Pada suatu hari seorang anak bernama Chan mencuri seekor anak anjing. Dia mencuri anak anjing tersebut karena adikya, Soi, menginginkan hadiah anak anjing di hari ulang tahunnya. Soi sangat senang ketika kakaknya memberikan hadiah yang selama ini ia dambakan. Soi menamai anjing tersebut Hearty. Chan dan Soi sangat menyayangi Hearty.

Pada suatu hari bibi dan paman mereka harus pergi meninggalkan mereka karena dipindah tugaskan oleh perusahaan. Chan dan Soi harus mengurusi semua keperluan hidup sendirian. Ayah mereka telah pergi ke surga sejak lama dan  ibu mereka pergi tanpa meninggalkan jejak. Malang nasib Chan dan Soi.

Untuk menghibur adiknya yang sedih karena sang ibu tak kunjung pulang, Chan mengajak adiknya dan Hearty bermain di danau. Karena hari itu adalah musim dingin maka air danau membeku. Mereka bertiga sangat senang bermain di sana.

Hari itu adalah hari terberat dalam hidup Chan. Tuhan mempertemukan adik tersayangnya dengan ayah yang selama ini mereka rindukan. Soi terjatuh di kubangan es saat akan menyelamatkan anjingnya yang terjatuh di kubangan itu juga. Hearty terselamatkan tetapi tidak dengan Soi.

Kini Chan hidup sebatang kara. Semenjak Soi tiada, Chan sangat membenci Hearty. Chan menjadi anak yang pemurung dan emosional. Dia tidak terima dengan takdir Tuhan.

Chan memutuskan untuk meninggalkan rumah bibinya dan pergi untuk mencari ibunya. Chan tidak mengajak Hearty. Hearty ingin bersama selalu Chan. Ia mengikuti Chan hingga ke stasiun kereta. Malang nasib Hearty. Laju kereta tak dapat ia kejar.

Hearty bukan anjing yang pantang menyerah. Ia menyusuri jalur kereta api dari stasiun tempat Chan berangkat sampai kota tujuan. Sesekali diperjalanan ia mencari makan di tempat sampah atau meminta pada orang.

Akhirnya Chan tiba di apartment tempat ibunya tinggal. Bukan peluk hangat yang didapat, tetapi raut yang tak mengenakkan hati yang dia terima. Ibunya menyuruh Chan untuk pergi keesokan harinya. Sang ibu akan pergi ke Amerika dan tak akan kembali.

Chan kini benar-benar tak memiliki siapa-siapa. Adiknya telah pergi. Hearty pun juga tidak menyertai perjalanannya.

Di perjalanan Chan bertemu dengan dua orang anak jalanan yang sedang meminta-minta. Mereka bersasib sama. Lalu, mereka mengajak Chan untuk tinggal di tempat mereka tinggal. Ini adalah puncak kemalangan Chan.

Ternyata tempat tersebut milik seorang lelaki jahat. Ia mempekerjakan anak-anak terlantar untuk dijadikan pengemis. Setiap hari anak-anak tersebut harus menyetor uang. Jika setorannya sedikit maka perlakuan kasar yang akan mereka terima.

Chan menyimpan tas milik adiknya di tempat penyimpanan umum. Hearty yang sedang berada di seberang jalan, melihat Chan. Ia berlari sekencang-kencangnya, tetapi Chan sudah pergi terlebih dahulu. Ia menunggu Chan di tempat tersebut.

Chan dan teman-teman meminta belas kasih orang-orang di jalan. Koin demi koin mereka kumpulkan. Mereka dikejar oleh petugas stasiun karena meminta-minta di kereta. Mereka berlari sekuat tenaga untuk menghindar. Dalam pelariannya tersebut Chan melihat kerumunan orang yang mencurigaan. Ia mendekat. Ternyata anjing kesayangannya Hearty sedang ditangkap oleh petugas ketertiban kota. Ia menggong-gong sangat keras karena kesakitan. Tak tega melihat penderitaan Hearty Chan meminta agar petugas menghentikan aksinya. Setelah terlepas dari petugas, Chan mengacuhkan Hearty. Perasaan duka atas meninggalnya Soi masih kuat melekat di hatinya. Namun, karena Hearty sangat sayang kepada Chan ia mengikuti Chan kemana majikannya itu pergi.

Di tempat tinggal Chan yang baru Hearty tidak mendapat perlakukan yang baik oleh pemiliki rumah. Hearty tidak mau patuh terhadap pemilik rumah. Ia hanya patuh kepada Chan saja. Hal itu membuat pemilik rumah menjadi murka. Maka dari itu, pukulan keras pun diterimanya.

Keesokan harinya semua anak-anak dirumah itu pergi bertamasya di sebuah taman hiburan. Di balik itu ada sebuah niat  jahat  oleh pemilik rumah. Di saat Chan bersenang-senang dengan teman-teman, Hearty harus menerima siksaan dari anjing bernama Becky. Hearty tak berdaya. Ia dibuang di tempat sampah.
Chan tiba di rumah. Ia mencari-cari Hearty. Ia membawakan makanan untuk Hearty. Namun Hearty tidak ada. Ia mendengar cerita dari anak buah bosnya bahwa Hearty telah dibuang ke tempat sampah setelah bertarung dengan Becky. Chan berlari mencari Hearty. Isak tangis mengiringi Chan berlari. Chan kurang beruntung . Hearty sudah tidak ada. Mungkin ia sudah dibawa oleh truck pengangkut sampah.

Sedih dan marah bergulat di hati Chan. Ia marah kepada Becky. Ia memukul-mukul kandang Becky. Karena suaranya sangat keras, si pemilik rumah pun keluar. Ia sangat marah. Chan hendak menjadi sasaran kemarahannya. Untungnya salah satu teman Chan menelfon polisi. Chan dilepaskan dan semua anak-anak berhasil kabur.

Di kantor polisi anak-anak diamankan. Namun, Chan ingin pergi dari tempat itu. Ia pergi ke tempat penyimpanan tas Soi. Tak disangka, Ia bertemu kembali dengan preman yang kejam itu serta anjingnya. Mereka mengejar Chan. Tiba-tiba dari arah berlawanan muncul Hearty. Hearty dan Chan berlari sekuat tenaga untuk menghindar. Ketika melewati jalan raya, Becky tertabrak mobil dan tewas ditempat. Hal itu membuat preman itu semakin dendam kepada Chan.

Chan dan Hearty berhasil lolos. Semenjak hari itu Chan telah membuka hatinya untuk Hearty. Ia sadar bahwa satu-satunya keluarga yang dimilikinya sekarang hanyalah Hearty. Hearty selalu sayang kepada Chan walaupun Chan sangat acuh kepadanya.

Pada suatu hari hearty terlihat aneh. Ia sering menggosok-gosokkan matanya. Lalu, Chan membawanya ke dokter. Chan sangat terkejut ketika dokter mengatakan bahwa Hearty menderita penyakit rabun. Ia tidak dapat melihat dengan jelas.

Suatu ketika saat Chan dan Hearty tertidur di jalan ada dua orang pemuda yang mengenalinya. Mereka melapor kepada si preman. Si preman hendak membalas dendam atas kematian Becky.

Chan sedang sakit. Ia tidak memiliki daya untuk beraktifitas. Tubuhnya sangat lemah. Untungnya ada polisi yang lewat dan membawa Chan ke rumah sakit. Si preman mengintip dari kejauhan. Ia memiliki niat jahat.
Sesampainya di rumah sakit Chan mendapat perawaratan. Saat penjagaan lemah, si preman beraksi. Ia menculik Chan. Ia membawa Chan ke tempat persembunyiannya. Hearty yang mengetahui hal itu langsung berlari mengikuti mobil si preman.

Di tempat persembunyiannya si preman melaksanakan niat jahatnya. Ia hendak membunuh Chan. Chan di masukkan ke dalam sebuah kotak yang terisi oleh air. Karena tubuh Chan sangat lemah, ia tidak dapat memberontak.

Hearty adalah anjing yang sangat pandai. Ia berhasil sampai di tempat Chan diculik. Hearty menyerang si preman. Namun, karena si preman memegang tongkat baseball, Hearty tak berdaya. Hearty tersungkur lemah karena dihajar si preman. Chan berusaha bangun untuk menyelamatkan Hearty. Ia mengambil tongkat besi dan memukul si preman dengan itu. Si preman pingsan oleh kerasnya pukulan Chan.

Sirine mobil polisi berbunyi nyaring. Para polisi berada di tempat kejadian. Mereka dengan cekatan menangkap si preman. Chan dan Hearty dibawa ke dokter. Dokter berkata bahwa umur Hearty tidak akan lama lagi. Penyakit mata dan pukulan-pukulan si preman membuat Hearty semakin tidak berdaya.

Chan dan Hearty kembali ke kampung halamannya. Mereka hanya berdua. Kesehatan Hearty dari hari ke hari semakin menurun. Akhirnya Hearty meninggalkan Chan untuk selama-lamanya. Ia meninggal di halte tempat Chan dan Soi menunggu ibu mereka kembali.

THE END



Film ini sangat mengharukan. Film ini mengisahkan tentang kesetiaan seekor anjing yang bernama Hearty. Walaupun sang majikan telah mengacuhkannya, ia tetap setia. Ia tetap sayang. Jarak berkilo-kilometer ia tempuh dengan keempat kakinya hanya untuk bertemu dengan sang majikan. Hearty rela berkorban jiwa raga untuk keselamatan Chan.

Film ini memberikan pelajaran kepada penonton bahwa kesetiaan merupakan nilai penting untuk menjaga sebuah relationship. Binatang peliharaan seperti Hearty saja bisa sebegitu sayang dan setia kepada Chan majikannya. Kita sebagai manusia sudah sewajarnya lebih mengerti tentang hal itu. Namun, mengapa banyak terjadi permusuhan, percekcokan atau konflik antar manusia yang bermula dari sebuah penghianatan?
Kesetiaan merupakan hal yang terdengar sepele. Namun, kesetiaan bisa memberikan efek luar biasa. Contoh: coba kita banyangkan apabila semua pemuda-pemudi Indonesia setia kepada negara ini dan bukan malah membanggakan negara lain seperti Korea yang terjadi akhir-akhir ini. Masalah-masalah seperti lunturnya kebudayaan nasional, kehidupan anak muda yang cenderung hedonis, dll pasti tidak akan terjadi. Kesetiaan adalah nilai utama dalam sebuah relationship antara manusia dengan manusia, antara rakyat dengan negara, maupun antara makhluk dengan Tuhan.

Minggu, 31 Maret 2013

Sinopsis Novel "Mukzizat Cinta"




Afdhal adalah seorang lelaki yang memiliki seorang istri dan dua putri. Beliau tinggal di Sulawesi Selatan. Istrinya tercinta telah dipanggil oleh Allah setahun yang lalu. Anaknya pun dua-duanya sudah menikah dan tinggal bersama suami mereka.
Suatu hari Afdhal mendapat suatu permintaan dari sahabatnya Syamsul yang sedang sakit keras. Syamsul ingin Afdhal mencari cinta lama Syamsul, Siti Zubaedah, yang tinggal di Malaysia. Syamsul ingin bertemu dengan Siti Zubaedah dan meminta maaf karena telah membuatnya kecewa berat. Syamsul berfikiran bahwa yang membuat dia sakit keras hingga sulit disembuhkan adalah karena belum mendapat maaf dari Siti Zubaedah.
Sesampainya di Malaysia dia tinggal di hotel milik seorang wanita yang pernah dicintai oleh Syamsul sewaktu mereka masih belajar di Kairo, Mesir. Wanita itu bernama Amal Hayati. Amal Hayati menikah dengan lelaki pilihan orang tua. Pernikahan mereka tidak bahagia dan akhirnya bercerai.
Amal Hayati sewaktu muda adalah gadis yang cantik. Afdhal pun dulu sempat mencintainya. Namun, setelah dia tau kalau sahabatnya, Syamsul, sangat mencintai Amal Hayati,  dia mengurungkan niatnya untuk memiliki Amal Hayati.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Allah yang mengatur hati manusia. Amal Hayati terpesona oleh sosok Afdhal yang bijaksana. Afdhal dan Amal Hayati memutuskan untuk menikah setelah mereka berhasil menjalankan misi dari Syamsul.
Mereka berdua bersama-sama mencari Siti Zubaedah. Berat memang mencari seseorang dengan bekal alamat yang tidak jelas. Mereka sempat menyerah. Namun, berkat bantuan seorang sopir taxi yang dikenalnya sewaktu mengantar ke hotel, mereka berhasil menemukan tempat tinggal Siti Zubaedah.
 Berat bagi Siti Zubaedah untuk melupakan segala kenangan buruk masa lalunya. Dulu,Syamsul berjanji kepada Siti Zubaedah pujaan hatinya untu sehidup semati. Takdir berkata lain. Syamsul dijodohkan oleh orang tuanya dengan anak pamannya yang bernama Fatma.
Berkat bujuk rayu Afdhal dan Amal Hayati, Siti Zubaedah bersedia berangkat ke Samarinda. Siti Zubaedah mengajak anak kembarnya Aza dan Azazwa bersama. Afdhal mengajak calon istrinya Amal Hayati.
Sesampainya di rumah sakit tempat Syamsul dirawat, mereka berdoa bersama agar Syamsul segera sadar dari koma. Doa mereka yang tulus didengar oleh Allah. Syamsul telah sadar. Suasana hening berubah menjadi ceria.
Untuk menebus rasa bersalahnya terhadap Siti Zubaedah di masa lalu, Syamsul ingin menikahkan putranya dengan putri Siti Zubaedah atas saran seorang kyai. Keinginan Syamsul disambut baik oleh semua pihak. Putra pertama Syamsul yang bernama Faiz menikah dengan putri pertama Siti Zubaedah yaitu Syakira. Mereka berdua hidup bahagia.
Misi telah selesai dengan sempurna. Afdhal ingin segera memenuhi janjinya kepada Amal Hayati. Afdhal dan Amal menikah dengan persetujuan kedua putri kembarnya. Biaya pernikahan ditanggung oleh Syamsul. Afdhal dan Amal hidup bahagia.


Selasa, 19 Maret 2013

SYNOPSIS OF "THE RON CLARK STORY"


by: Isnaini Roro Pertiwi
The Ron Clark Story


This story was about an energetic, creative, idealistic and inspiring young teacher. He was  Mr. Ron Clark. Mr. Clark was a teacher who teaches at Inner Harlem New York public elementary school. He leaved his lovely hometown North Carolina to NY. He taught at a class which was famous because of the indiscipline. This was a big challenge to make over the student's characteristic. He has ever given up teaching this class. It was so hard. Changing the character was more difficult than transfer knowledge. He was a persevering teacher. He taught his student patiently.
One of his ways to make discipline the students were making rules. The rules were 'we are family', 'we are respecting each other', 'call me sir not fool', etc. The rules were adhered on wall of the class. Not only making rules he also prepared a topless for throwing gums. Every lunch time the students had to make line to take lunch at canteen. Not only lunch time but also every school time finished the students had to make line before go out of class. He made a Rapp song that contains the names of USA's president. So, the student didn't get difficulty to memorize the names. So smart he is. He covered the lesson with unboring thing.
To realize his ambition, he tried to understand the student's background. He came to one of his student's apartment. He found she was taking care of her sisters and brother, so she didn't have time to study at home. One day he came to the apartment again. He taught her patiently while she took care of her sisters and brothers. There was one student who always looks unhappy every day. Mr. Clark tried to understand him until he knew that the student was a street gang member. His father didn't love him. Mr. Clark huddled up the student to bright life.
All of his efforts to change the bad students into good student were success. Noisy class changed to quite class. Impolite students changed to polite students. Stupid students changed to smart students. Unfriendly students changed to friendly students. The fool class changed to intelligent class (the students got a higher score than the honor class).
Mr. Clark was appointed by his students as the best teacher because he was success to change the students in better life. He taught the students by his fun ways. He was so close with his students. He made the students have a second family at school. Mr. Clark was like a father to his students.

Minggu, 27 Januari 2013

Pemikiran Imam Syafi'i Tentang Bid'ah (Maulid Nabi)


Perayaan Maulid Nabi di Tanah Jawa


.   
Pembagian bid’ah menurut Imam Syafi’i adalah,sbb:
a.      Bid’ah yang baik (bid’ah mahmudah)
Bid’ah mahmudah adalah perkara baru yang baik tetapi tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, As-Sunnah, atsar (sahabat), dan ijma’.
b.     Bid’ah yang tercela (bid’ah madzmumah)
Bid’ah madzmumah adalah perkara baru yang bertentangan dengan Al-Quran, As-Sunnah, atsar (sahabat), dan ijma’.
Imam Syafi’i berkata: “Perkara yang muhdats (yang baru) itu ada dua macam, yaitu perkara yang dibuat-buat yang menyelisihi Al-Qur’an, As-Sunnah, atsar (sahabat), dan ijma’ maka ini termasuk bid’ah dholalah (sesat). Sedangkan perkara yang masih dalam kebaikan yang tidak menyelisihi dalil-dalil tadi, maka itu bukanlah perkara baru (bid’ah) yang tercela.” (Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Manaqib Asy Syafi’i (1: 468-469). Riwayat ini shahih sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam tahqiq beliau terhadap Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 131)

Kemudian pembagian ini diikuti secara ghuluw (melampaui batas syari’at) oleh para pengikut hawa nafsu. Melalui dasar pembagian bid’ah ini, maka hampir dikata tidak ada istilah bid’ah dholalah (sesat) dalam terminologi syari’at menurut mereka karena setiap orang berhak dan memiliki pemikiran yang beragam untuk menentukan kadar baik dalam bid’ah yang mereka lakukan.

Dalam pembahasan subbab sebelumnya, telah dibahas tentang tercelanya bid’ah. Beberapa ulama pendahulu kita yang shahih (as-salafush-shalih) memutlakkan apa-apa yang baru dalam syari’at, yang tidak ada dalilnya, dan tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW serta para sahabatnya sebagai bid’ah. Mereka tidak mengecualikan bid’ah dengan kata mahmudah (baik) karena seluruh bid’ah menurut mereka adalah dholalah (sesat).

Kita tidak berpandangan bahwa beliau Imam Syafi’i menyelisihi pendahulunya.
Imam Syafi’i berkata: “Barang siapa yang menganggap baik sesuatu (menurut pandangannya), sesungguhnya ia telah membuat syari’at.” (Al-Mankhuul oleh Al-Ghazaliy hal.374, Jam’ul-Jawaami’ oleh Al-Mahalliy 2/395, dan yang lainnya)
“Sesungguhnya anggapan baik (al-istihsan) hanyalah menuruti selera hawa nafsu.” (Ar-Risalah, hal.507)

Ibnu Rajab Al-Hambali r.a menjelaskan maksud perkataan Imam Syafi’i mengenai bid’ah mahmudah dan bid’ah madzmumah. Beliau berkata: “Yang dimaksud oleh Imam Syafi’i tentang bid’ah madzmumah adalah segala amalan yang tidak ada asalnya dalam syari’at yang mendukungnya. Inilah bid’ah yang dimutlakkan dalam syari’at. Sedangkan bid’ah yang mahmudah adalah bid’ah yang bersesuaian dengan sunnah, yaitu yang memiliki asal dari Rasulullah SAW sebagai pendukung. Namun yang dimaksud bid’ah mahmudah di sini adalah bid’ah secara bahasa dan bukan secara istilah syar’i.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 131)

Ibnu Taimiyah r.a menjelaskan maksud perkataan Imam Syafi’i. Beliau berkata: “Apa saja yang menyelisihi dalil, maka itu adalah bid’ah berdasarkan kesepakatan para ulama kaum muslimin. Dan apa yang tidak diketahui menyelisihi dalil, maka tidak disebut bid’ah. Imam Syafi’i berkata bahwa bid’ah itu ada dua macam, yaitu yang menyelisihi Al-Qur’an, As-Sunnah, atsar dari berbagai sahabat Rasulullah SAW, dan ijma’. Bid’ah yang seperti itu termasuk bid’ah dholalah (sesat). Sedangkan jika tidak menyelisihi dalil-dalil tadi, maka termasuk bid’ah mahmudah. Karena Umar bin Khotob berkata: “Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini”(pada saat menghidupkan sholat tarawih secara berjama’ah. Perkataan semacam ini dan semisalnya dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih.”(Majmu’ Al Fatwa, 20: 163)

Imam Syafi’i bukanlah orang yang mudah melegalkan bid’ah. Beliau merupakan orang yang paling semangat dalam ittiba’ atau mengikuti petunjuk Rasulullah SAW. Dan beliau juga adalah orang yang sangat keras pada orang yang membantah sabda Rasulullah SAW. Bahkan beliau diberi gelar oleh penduduk Baghdad Nashirus Sunnah yang artinya pembela sunnah.
Imam Syafi’i menuturkan tentang keutamaan orang yang memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW. Beliau berkata:
“Barangsiapa yang mengumpulkan orang untuk melaksanakan perayaan Maulid Nabi karena kecintaan (ikhwanan) secara berjama’ah dengan menyediakan makanan dan berlaku baik, niscaya Allah bangkitkan di hari kiamat beserta para ahli kebenaran, syuhada dan para shalihin”. (Kitab Madarijus Su’uud hal. 16, karangan Al-‘Allamah Asy-Syekh An-Nawawiy Ats-Tsaniy (Sayyid Ulama Hijaz)

Namun sebagai sebuah mazhab besar, tidak ada pernyataan resmi dari mazhab As-Syafi'i bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tiap tahun sebagai sebuah kewajiban yang harus dijalankan secara rutin.Kita tidak akan menemukan di dalam kitab-kitab fiqih As-Syafi'iyah yang induk dan muktabar lafadz yang menyebutkan bahwa: peringatan maulid nabi hukumnya wajib atau sunnah serta harus selalu dirayakan setiap tahun oleh orang beriman.
Bukan berarti yang tidak dikerjakan Rasulullah SAW pasti merupakan bid’ah yang sesat. Tatkala Umar bin Khotob mengusulkan pengumpulan dan pembukuan Al-Quran, Khalifah Abu Bakar khawatir karena Rasulullah SAW tidak mengerjakannya. Namun Umar bin Khotob berhasil menyakinkan Khalifah Abu Bakar dengan alasan bahwa itu merupakan perbuatan baik yang tidak bertentangan sengan syari’at. Ibnu Hajar Asqalany menyebutkan pembukuan Al-Qur’an oleh Khalifah Abu Bakar masuk dalam bab membuat sunnah hasanah (tradisi yang baik) sesuai hadits Rasulullah SAW.
“Siapa saja yang membuat suatu tradisi yang baik (tidak bertentangan dengan syari’at) maka dia mendapatkan pahala dan pahala orang yang mengerjakannya.”  



Sistem Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila Dan Budaya dalam Upaya Membangun Generasi Muda Yang Berkarakter Dan Berintergritas Tinggi



Pendidikan Character


A.    Pengertian  Karakter Bangsa dan integritas
1.     Pengertian karakter bangsa
Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang memebedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai- nilai yang unik baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.

2.     Integritas
Pribadi yang berintegritas adalah seseorang yang mempunyai pendirian dan memegang prinsip. Makna integritas itu sendiri adalah satunya kata dengan perbuatan. Ia tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diucapkannya. Perkataannya selalu memiliki nilai tambah. Ia tidak akan mengenakan sesuatu barang atau apapun yang berharga mahal dan mewah apabila ia mengucapkan bahwa ia ingin hidup sederhana. Ia tidak sembarangan dalam mengutarakan pendapatnya. Segala sesuatunya selalu dipertimbangkan dengan pemikiran dan kebijaksanaan yang matang. 

Orang yang berintegritas adalah orang yang sudah memiliki kepribadian secara utuh. Ia menyadari kebutuhan sesuai dengan proporsinya. Ia selalu mampu mengendalikan diri dan berada dalam kecukupan serta tidak pernah berkekurangan atau berkelebihan. Ia memiliki konsep citra diri yang jelas dan mendapatkan kepribadian utuh melalui proses pembelajaran dari pengalaman hidup yang dilaluinya. Ia tidak perlu menempuh pendidikan kepribadian ala barat yang banyak berkembang dewasa ini. 

Orang yang berintegritas adalah pribadi matang yang berorientasi pada proses, bukan pada hasil semata. Ia meyakini bahwa bila ia melaksanakan sesuatu sesuai dengan tahapan yang benar dengan cara sebaik-baiknya, maka hasil yang akan diperoleh pasti akan baik pula. Sebaliknya bila ia mengerjakan kegiatan dengan proses yang buruk, maka hasilnya juga akan buruk pula. Ia tidak akan tergiur untuk memperoleh hasil yang banyak dengan cara yang cepat dan tergesa-gesa. 

B.    Pengertian pendidikan karakter berdasarkan Pancasila
Pembangunan karakter bangsa merupakan gagasan besar yang dicetuskan oleh para ahli pendiri bangsa karena negara Indonesia adalah negara dengan bangsa yang dibangun di atas keragaman dan perbedaan, yaitu perbedaan suku, agama, ras, etnis, budaya ,bahasa dan lain-lain. Maka dari itu, bangsa Indonesia membutuhkan kesamaan pandangan tentang budaya dan karakter holistik sebagai bangsa. Hal itu menyangkut kesamaan pemahaman, pandangan, dan gerak langkah untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Pembangunan karakter bangsa adalah upaya kolektif – sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang bekeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong – royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karakter yang berlandaskan Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke 5 sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.      Bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
Karakter ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain :
1)     Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2)     Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3)     Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4)     Tidak memaksa suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
5)     Menolak kepercayaan atheisme di Indonesia.

b.     Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab.
1)     Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban antara sesama manusia.
2)     Saling mencintai sesama manusia.
3)     Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4)     Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5)     Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6)     Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7)     Berani membela kebenaran dan keadilan.
8)     Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

c.      Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa
1)     Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2)     Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3)     Cinta tanah air dan bangsa.
4)     Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
5)     Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

d.     Bangsa yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia.
1)     Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2)     Tidak memaksa kehendaknya sendiri kepada orang lain.
3)     Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4)     Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5)     Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
6)     Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7)     Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha, menjunjung tinggi harkat dan martabat serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

e.      Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan .
1)     Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan bergotong-royong.
2)     Bersikap riil.
3)     Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4)     Menghormati hak-hak orang lain.
5)     Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6)     Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain.
7)     Tidak bersifat boros.
8)     Tidak bergaya hidup mewah.
9)     Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10) Suka bekerja keras.
11) Menghargai hasil karya orang lain.
12) Bersama- sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Melalui pendidikan karakter bangsa berdasarkan Pancasila diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang berkarakter dan berintergritas sehingga mampu memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten berdasarkan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
C.    Pengabaian Pendidikan Karakter Menunggu Runtuhnya Peradaban Bangsa
Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 1 Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada Pada Pancasila dan UUD.

Namun dalam praktiknya dunia pendidikan Indonesia terlihat kehilangan arah. Pendidikan hanya dimaknai sebagai teknik manajerial persekolahan yang hanya menitik beratkan pada kemampuan kognitif dan meminggirkan pendidikan karakter bangsa.

Pendidikan yang ada saat ini terlihat justru mengagung-agungkan konsep pendidikan barat, padahal konsep pendidikan barat cenderung eksploitatif dan mendidik manusia yang individualis yang tentunya tidak pas dengan karakter bangsa kita.

Indikator yang digunakan pun cenderung menggunakan indikator kepintaran , sementara pendidikan karakter untuk menghasilkan siswa yang berbudi luhur telah diabaikan. Sebagian pelaku pendidikan merasa berhasil apabila anak didiknya memperoleh nilai akademis yang tinggi ,cepat terserap di dunia kerja dan memenangkan berbagai kompetisi meskipun minim rasa kepekaan sosial, tepa slira, dan kebangsaan. Padahal esensi pendidikan lebih jauh dari itu. Pendidikan adalah upaya pembangunan peradaban bangsa, mencetak manusia Indonesia yang berkarakter Pancasila.

Ukuran keberhasilan pendidikan lebih diletakkan pada menjawab soal-soal ujian dan target-target perolehan nilai, bukan pada indikator pengembangan karakter anak. Sehingga pada akhirnya kita mendapati banyaknya anak-anak yang mendapat nilai tinggi namun moralnya justru begitu rendah.

Sesungguhnya jauh lebih penting mengajarkan anak nilai kejujuran dari pada nilai matematika, fisika, dan sejenisnya yang pada umumnya telah membuat anak kita stress dan mulai membenci sekolah. Sungguh jauh lebih penting mengajarkan kepada mereka tentang kerjasama dan saling tolong menolong daripada persaingan merebut posisi juara di kelas. Sekolah kita hanya mampu membuat 3 anak sebagai juara daripada membuat mereka semua sebagai juara. Sekolah kita tanpa sadar telah dirancang untuk mencetak anak yang gagal jauh lebih banyak daripada yang berhasil. Sekolah kita juga telah dirancang untuk lebih banyak memberi label anak yang bermasalah ketimbang memberi label anak yang berpotensi unggul dibidangnya.

Pernakah anda berfikir untuk menyekolahkan anak anda semata-mata hanya untuk mendapatkan nilai 9 di raport? Kemudian diakhir sekolah dia menjadi penganguran sedangkan yang mendapat nilai 5 di raport malah akhirnya menjadi seseorang yang sukses dan terkenal. Disini perlu diperhatikan tujuan kita untuk sekolah. Sekolah sebagai sarana dan tempat untuk mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang akan membuat kita mengenal, tahu, dan bisa melakukan hal-hal yang baru dengan cara yang cerdas dan efisien. Tidak sekedar membina dan mendidik para siswanya untuk menghadapi Ujian Nasional. Ujian yang akan mempertaruhkan 3 tahun pembelajaran dan jerih payah siswa.

Sistem pendidikan nasional kita sekarang ini masih mengedepankan pada pencapaian bebasis nilai bukan pada ketrampilan dan kompetensi. Sehingga kita tidak  perlu bertanya dan bingung mengapa banyak sarjana yang menganggur, peserta olimpiade fisika yang tidak lulus Ujian Nasional dan banyak lagi hal-hal yang menggelikan dari sistem pendidikan ini.

Berdasarkan penelitian seorang pakar terdapat 10 tanda-tanda dari suatu bangsa yang akan mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran. Jika ternyata ke sepuluh tanda ini muncul di negara kita maka sudah saatnya kita untuk melakukan perubahan besar-besaran terhadap sistem pendidikan bagi anak-anak kita. Berikut adalah kesepuluh tanda-tanda tersebut :
1.     Meningkatnya perilaku kekerasan dan merusak di kalangan remaja atau pelajar.
2.     Penggunaan kata-kata bahasa yang cenderung memburuk ,seperti ejekan, bahasa slank, dll.
3.     Pengaruh teman lebih kuat daripada orang tua dan guru.
4.     Meningkatnya perilaku sex bebas, merokok, dan obat-obatan terlarang dikalangan remaja atau pelajar.
5.     Merosotnya perilaku moral dan meningkatnya egoisme pribadi.
6.     Menurunnya jiwa Patriotisme.
7.     Rendahnya rasa hormat kepada orang yang lebih tua .Contoh : orang tua, guru, dll.
8.     Meningkatnya perilaku merusak fasilitas umum.
9.     Ketidakjujuran terjadi dimana-mana.
10.  Berkembang perilaku rasa saling curiga, membenci, dan memusuhi di antara sesama warga negara(kekerasan SARA).

D.    Keberhasilan pendidikan karakter di negara-negara maju
Berikut adalah potret keberhasilan pendidikan karakter di negara- negara maju.
1.     Singapura
Singapura merdeka pada tahun 1965 melalui proses penyerahan kekuasaan (Hand Over) oleh Inggris. Pada masa-masa awal kemerdekaannya Singapura melalui proses pembentukan karakter kebangsaannya dipandu oleh pemimpinnya bernama Lee Kwan Yew. Bangsa Singapura dibimbing untuk bekerja keras dan menyikapi keadaan dengan positif. Lee Kwan Yew setiap hari membagikan kartu-kartu pos (Post Card) bergambar pemandangan kota di negara Swiss yang bersih kepada penduduk Singapura. Ternyata Lee Kwan Yew mencoba untuk membentuk karakter penduduk Singapura dengan memberi contoh visual yang mudah mereka pahami. Dengan cara demikian, penduduk Singapura menjadi lebih mencintai kebersihan dan menerapkan perilaku kehidupan yang bersih dan disiplin.

Saat ini kita mengenal bangsa Singapura sebagai bangsa yang tangguh, beretos kerja tinggi, disiplin, dan selalu menjaga kebersihan. Negara Singapura juga sudah tumbuh ekonominya menjadi salah satu kekuatan ekonomi besar di lingkungan Asia Pasifik. Kemajuan bangsa Singapura juga bisa dilihat dari perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih. 

Kondisi Singapura yang semakin maju dewasa ini membuktikan bahwa kualitas SDM jauh lebih penting daripada kekayaan Sumber Daya Alam (SDA), karena dari aspek SDA justru Singapura tidak memiliki banyak potensi yang dapat dieksplorasi.

2.     Jepang
Sejak kelas SD anak jepang sudah dicekoki dengan motto "negerimu ini miskin karena banyak memliki batu dan air saja". Motto ini membentuk jiwa anak jepang menjadi keras dan pantang menyerah sehingga mereka harus   belajar dan berusaha keraas  sejak kecil agar mereka tidak miskin. Tidak ada dalam benak mereka negeri "gemah ripah loh jinawi" tanah air kaya raya, nyiur melambai, kolam susu, dan dongeng-dongeng negerinya dimasa lalu.

Prinsip ini tertanam sejak kecil sehingga mereka terus berusaha, tidak malas, rasional, disiplin dan sifat-sifat lain yang penuh tantangan sehingga mereka menjadi bangsa yang aktif, dinamis, optimis, dan ofensif. Prinsip-prinsip hidup dan keberhasilan mereka dalam membangun bangsanya bukanya tidak membawa masalah karena sifat yang aktif dan ofensif yang ditunjang oleh nasionalisme berlebihan menyeret mereka keperang dunia ke II.

Jepang sekarang merupakan satu-satunya negara Asia yang berpredikat negara maju. Semuanya ini sebagai produk sistem pendidikannya yang ketat. Sementara pola hidup mereka yang "konsumtif" merupakan akibat keberhasilan ekonominya. Jepang sudah mencapai pembangunan ekonomi, tinggal landas sudah lama dilaluinya yakni pada saat pemerintahan meiji diakhir abad ke-19.

Pengamat asing mengatakan bahwa segala kemajuan yang ada pada jepang terjadi akibat pengaruh luar yang masuk, teristimewa modernisasi dari barat yang mencangkup hampir disemua  bidang kehidupan. Menurut tokoh pendidikan AS kunci keberhasilan siswa jepang terletak pada
 peranan orang tua murid yang sangat aktif.

3.     Cina
Petersen (1966) dalam artikel “success story” menulis tentang keberhasilan pendidikan dan ekonomi Cina dan Jepang sebagai bangsa yang suka bekerja keras dan jarang mengeluh, kemudian di rumah, orang tua, menjadi model atau uswatun hasanah bagi anak- anak mereka. Menjadi model atau figure bagi anggota keluarga maka mereka harus rajin dan berprestasi. Chao (1996) mengatakan bahwa anak- anak Cina mampu menjadi siswa yang terbaik dengan bakat khusus- memenangkan kompetisi olimpiade, computer, robot, juara bulu tangkis tingkat dunia, atau menonjol dalam bidang sains dan tekhnologi. Keberhasilan mereka dalam bidang tersebut tentu karena dukungan budaya dan keluarga. Budaya yang mereka miliki adalah budaya senang bekerja keras dan belajar penuh semangat. Dalam mencari rezki, orang Cina punya moto- jangan biarkan reski dimakan oleh ayam terlebih dahulu (maksudnya jangan suka bangun kesiangan) dan “beri aku ikan maka aku makan satu kali, tapi beri aku kail- ajari aku memancing- maka aku makan ikan selamanya”. Dalam konteks ini WNI keturunan mengajar anak-anak mereka agar memiliki keterampilan hidup dan tidak meminta rezki atau belas kasih dari pihak famili atau orang lain.

4.     Amerika Serikat
Di Amerika Serikat sendiri, pendidikan karakter, yang juga dikenal dengan istilahcharacter-based education kembali mengedepankan nilai-nilai karakter moral pada anak pendidikan usia dini. Anak-anak dibiasakan mengucapkan 3 kata ajaib: tolong, terima kasih, maaf. Kesalahan sistem pendidikan sebelumnya di bawah mantan presiden George W. Bush, yang mementingkan sistem ujian sebagai standar keberhasilan performance siswa, ternyata tidaklah menjamin mutu kecerdasan kognitif para siswa Amerika. Para pemegang kebijakan pendidikan di Amerika harus menerima kenyataan bahwa rangking para siswa sekolah di Amerika hanya menduduki peringkat ke-17 di bidang matematika, membaca, dan science dalam tes internasional PISA bagi siswa kelompok usia 15 tahun. Sedangkan siswa-siswa Finlandia yang dididik oleh para guru yang memiliki karakter kuat sebagai positive role model mampu mendorong siswa-siswanya untuk berpikir kreatif dan berhasil gemilang mencapai prestasi rata-rata tertinggi selama 3 tahun berturut-turut, di tahun 2003, 2006, dan 2009.

Ilustrasi ini menjadi refleksi bagi bangsa Indonesia yang memperoleh kemerdekaan dengan perjuangan bersenjata dan memiliki karunia Tuhan berupa kekayaan SDA yang melimpah namun sampai saat ini kita belum mampu bangkit menjadi kekuatan ekonomi yang maju sebagaimana Singapura, Jepang, Cina dan negara-negara maju lainnya.
Karakter dan budaya yang dimiliki suatu bangsa menentukan kemajuan bangsa tersebut. Berikut terdapat ciri-ciri karakter dalam sebuah negara maju, yaitu :
1.     Hubungan dan tingkat saling percaya baik disertai nilai dan sikap positif, optimis serta saling mendukung.
2.     Sistem dan etika hukum jelas dan dipatuhi.
3.     Kewenangan adalah bertujuan untuk melayani masyarakat ( pejabat hidup sederhana dan setara dengan rakyat ).
4.     Mampu bekerja keras dan memiliki sikap mulia, serta mampu memberikan rasa kebahagiaan.
5.     Memiliki orientasi untuk membuat hidup terencana dalam jangka waktu yang panjang.

E.    Membangun Karakter Bangsa Dengan Berdasarkan Pancasila
1.     Keberhasilan pola pendidikan karakter di pesantren
Pendidikan karakter yang harus menjadi belahan mata uang dari pendidikan sains tidaklah cukup dengan hanya mentransmisikan nilai-nilai budi pekerti ( Akhlak ) dan norma-norma keagamaan, tetapi memerlukan suatu proses pendidikan yang mencakup penghayatan, pelatihan ( drilling ) dan pembiasaan. Dan ini hanya dapat dilaksanakan dalam system pendidikan kampus yang terpadu ( Boarding School ) dan mengarah kepada pembinaan kepribadian seutuhnya ( Integrated personality ) . Proses pendidikan terpadu demikian ini dapat dilaksanakan oleh lembaga pendidikan pesantren , dan lebih dari itu hanya dengan sistem pendidikan pesantren dapat dilaksanakan pendidikan karakter yang berakar kepada keyakinan hidup dan keagamaan yang tidak akan tergoyahkan oleh arus perubahan nilai-nilai sosial budaya yang dihembuskan oleh era globalisasi.

Pendidikan karakter di pesantren dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan dikarenakan pendidikan pesantren melandaskan pendidikannya pada “ Uswatun hasanah “ yang dilakukan oleh seluruh tenaga pendidik nya, sehingga dengan mudahnya para santri meniru dan mempraktekkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu perlu juga di ketahui bahwa pendidikan di pesantren adalah pendidikan dan pembinaan keutuhan kepribadian yang meliputi :
a.  Aspek Kognitif yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan    yang luas   dan mendalam , sebagai penjabaran dari sifat Rasul Fathanah.
b. Aspek Afektif yakni pembinaan sikap mental ( mental attitude ) yang mantap dan matang sebagai penjabaran dari sifat Rasul Amanah.
c. Aspek Psikomotorik yakni pembinaan tingkah laku ( behaviour ) dengan akhlak yang mulia, sebagai penjabaran dari sifat Rasul Shidiq.
d. Aspek Konatif yakni pembinaan keterampilan ( skill ) kepemimpinan yang terlatih dan bijaksana sebagai penjabaran dari sifat Rasul Tabligh.

Hal ini dilakukan untuk dapat memberikan idealisme dan kemampuan-kemampuan kepada seluruh santri untuk mewujudkan masyarakat yang Hayatan Thayyibah ( kehidupan yang sejahtera ) sebagai cita-cita dan tugas darma baktinya kepada masyarakat setelah menyelesaikan masa studinya , dan nilai-nilai Hayatan Thayyibah ( kehidupan yang sejahtera ) itu sudah diaplikasikan dalam kehidupan para anak didik di kampus pesantren.

Kehidupan yang sejahtera itu adalah kehidupan yang memiliki 2 dimensi yaitu “ la khaufun alaihim “ yaitu kehidupan yang bersatu , aman, damai, tertib, bersih dan berakhlak mulia , bebas dari segala kekhawatiran dan ketakutan.
Sedangkan dimensi yang kedua adalah “ walaahum yahzanuun “ yaitu kehidupan yang mandiri, produktif , adil dan makmur, bebas dari segala keprihatinan oleh serba kekurangan, kelemahan dan ketergantungan karena kemajuan dan kemakmuran masyarakatnya.

Maka tidaklah heran kalau banyak orang-orang sukses yang berawal dari pendidikan pesantren , dari mulai tingkat yang paling bawah sampai tingkat yang paling tinggi , ada yang menjadi pengusaha , ada yang menjadi pejabat, ada yang menjadi kepala sekolah, ada yang menjadi birokrat , ada yang menjadi wartawan, ada yang menjadi pimpinan pesantren , banyak yang menjadi guru ngaji dan lain sebagainya, karena memang para santri dididik dan di persiapkan dengan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada kemandirian tidak bergantung kepada orang lain.

Pesantren memduduki posisi yang unik dalam pendidikan di Indonesia. Salah satu hal unik yang mendapat banyak pujian adalah keberhasilannya dalam menanamkan pendidikan karakter. Sehingga tidaklah mengherankan jika dalam beberapa tahun terakhir ini banyak pakar pendidikan tertarik mengadopsi pola pendidikan pesantren ke dalam pendidikan umum (SD, SMP, perguruan tinggi).

2.     Peran Pedidik dan Generasi Muda Dalam Membangun Karakter Bangsa

a.      Pendidik
Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai (values education) melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk dilakukan. Bahkan, kalau kita berbicara tentang masa depan, sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian. Dan hal ini relevan dan kontekstual bukan hanya di negara-negara yang tengah mengalami krisis watak seperti Indonesia, tetapi juga bagi negara-negara maju sekalipun (cf. Fraenkel 1977: Kirschenbaum & Simon 1974).

Usaha pembentukan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama, menerapkan pendekatan “modelling” atau “exemplary” atau “uswah hasanah”. Yakni mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan. Setiap guru dan tenaga kependidikan lain di lingkungan sekolah hendaklah mampu menjadi “uswah hasanah” yang hidup (living exemplary) bagi setiap peserta didik. Mereka juga harus terbuka dan siap untuk mendiskusikan dengan peserta didik tentang berbagai nilai-nilai yang baik tersebut.
Kedua, menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk. Usaha ini bisa dibarengi pula dengan langkah-langkah; memberi penghargaan (prizing) dan menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discouraging) berlakunya nilai-nilai yang buruk; menegaskan nilai-nilai yang baik dan buruk secara terbuka dan kontinu; memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih berbagai alternatif sikap dan tindakan berdasarkan nilai; melakukan pilihan secara bebas setelah menimbang dalam-dalam berbagai konsekuensi dari setiap pilihan dan tindakan; membiasakan bersikap dan bertindak atas niat dan prasangka baik (husn al-zhan) dan tujuan-tujuan ideal; membiasakan bersikap dan bertindak dengan pola-pola yang baik yang diulangi secara terus menerus dan konsisten.
Ketiga, menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character-based education). Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan character-based approach ke dalam setiap mata pelajaran nilai yang ada di samping matapelajaran-mata pelajaran khusus untuk pendidikan karakter, seperti pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah, Pancasila dan sebagainya. Memandang kritik terhadap matapelajaran-matapelajaran terakhir ini, perlu dilakukan reorientasi baik dari segi isi/muatan dan pendekatan, sehingga mereka tidak hanya menjadi verbalisme dan sekedar hapalan, tetapi betul-betul berhasil membantu pembentukan kembali karakter dan jatidiri bangsa.
b.     Generasi muda
Berikut adalah 3 peran penting generasi muda dalam membangun karakter bangsa :
1)     Generasi muda sebagai pembangun kembali karakter bangsa (character builder).
Di era globalisasi ini, peran generasi muda adalah membangun kembali karakter positif bangsa seperti misalnya meningkatkan dan melestarikan karakter bangsa yang positif sehingga pembangunan kemandirian bangsa sesuai dengan Pancasila dapat tercapai sekaligus dapat bertahan ditengah hantaman globalisasi.

2)     Generasi muda sebagai pemberdaya karakter (character enabler).
Pembangunan kembali karakter bangsa tentu tidak cukup, jika tidak dilakukan pemberdayaan secara terus menerus. Sehingga generasi muda juga dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter atau character enabler. Misalnya dengan kemauan yang kuat dan semangat juang dari generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan dan pembangunan karakter bangsa Indonesia yang positif di masa depan agar menjadi bangsa yang mandiri.

3)     Generasi muda sebagi perekayasa karakter (character engineer)
Sejalan dengan dibutuhkannya adaptifitas daya saing generasi muda untuk memperkuat ketahanan bangsa Indonesia. Character engineer menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Pembangunan dan pengembangan karakter positif generasi muda bangsa juga menuntut adanya modifikasi dan rekayasa dengan  yang sesuai dengan perkembangan dunia. Contohnya adalah karakter pejuang dan patriotisme yang tidak harus diartikulasikan dalam konteks fisik, tetapi dapat dalam konteks lainnya yang  bersifat non fisik. Esensinya adalah peran generasi muda dalam pemberdayaan karakter tersebut.