Sebelumnya aku tidak pernah tau tentang keberadaan gunung
ini. Aku tak pernah mendengar orang membicarakan ini. Malah aku mengira gunung
ini adalah Gunung Tangkuban Perahu yang ada di Jawa Barat. Ternyata memang beda, yang ini ada di Jawa Tengah.
Gunung Prau terletak di 4 wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten
Bajarnegara, Wonosobo, Batang, dan Kendal. Memiliki ketinggian 2565 mdpl gunung
ini memang tergolong pendek. Terdapat 2 jalur pendakian yaitu jalur Desa
Kenjuran, Kecamatan Sukoreja dan jalur Desa Patang Banteng di Dataran Tinggi
Dieng. Kali ini kami memilih untuk mendaki lewat jalur Desa Patang Banteng.
Beberapa hari sebelum hari pendakian, aku mencari-cari info
tentang Gunung Prau di internet. Tentang keunikannya, jalur pendakian,
cerita-cerita dari yang sudah pernah mendaki, dan juga gambar-gambar keindahannya.
Cerita tentang bukit teletubies yang terletak di puncaknya membuatku penasaran.
Apa bener film Teletubies syutingnya di sini? Bukannya itu di luar negeri ya?
Aku pergi mendaki bersama teman-teman sekelas. Kami sebut
diri kami “E2 Rock n Roll” alias Education 2 Rock n Roll. Kami semua adalah
mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Unissula Semarang. Sebenarnya
ini petualangan kedua kami di Dataran Tinggi Dieng. Namun, pendakian sebelumnya
di Gunung Sikunir aku tidak ikut.
Petualangan bermula di Desa Patang Banteng. Basecamp di sini
terletak di belakang sekolah TK. Awalnya sempat bingung mencarinya. Aku kira
malah nyasar atau salah tempat. Namun, berkat petunjuk sebuah tanda panah merah
di tembok akhirnya kami tiba di basecamp.
|
Peta jalur pendakian via Desa Patang Banteng |
Di sekitar basecamp terdapat banyak sekali penjual Carica.
Itu lho manisan pepaya khas Dieng. Dengan selembar uang 5000 atau 10 koin 500an
kita sudah bisa mendapat 1 mangkuk Carica khas Dieng.
Awal-awal mendaki, kiri kanan jalan terdapat lahan pertanian
milik penduduk. Macam – macam sayuran yang ditanam ada tomat, kubis, sawi
putih, kentang, dll. Aku kagum sekali melihat hamparan berhektar-hektar kebun
sayuran di sini yang sebelumnya hanya ku lihat lewat tv atau internet
saja. Inilah salah satu dari ratusan
keindahan di Dataran Tinggi Dieng.
Setelah cukup jauh berjalan melewati kebun-kebun sayuran,
tibalah kami di daerah yang banyak pepohonan. Pohon-pohon disini kecil-kecil
hanya beberapa saja yang besar. Jalurnya licin dan terjal. Tak jarang kami
harus merangkak dan terpeleset saat berjalan. Di tambah jarak antar pohon yang
cukup jauh, menyulitkan kami untuk mencari pegangan agar tidak jatuh terpleset.
Terpaksa kami harus berpegangan pada batu atau gundukan tanah. Alhasil tangan
menjadi blepotan tanah dan kuku2 menghitam.
Ada kejadian yang entah aku harus bersedih atau tertawa.
Sampai sekarang pun aku masih sulit untuk mempercayainya. Ini bisa juga disebut
sebagai tragedi. Ya tragedi Bani minum spirtus.
Seorang mahasiswa kampus
swasta di Semarang berinisial B telah meminum spirtus saat mendaki Gunung Prau.
Diduga pelaku mengira air yang diminumnya adalah air mineral biasa. Setelah
menyadari bahwa air tersebut terasa panas di mulut, pelaku langsung
menghentikan aksinya. Terdakwa berinisial P mengaku tidak sengaja mengambil
botol air mineral yang salah kepada pelaku. Untungnya tidak terjadi apa2 pada
B. Hanya terasa pusing saja ujarnya. Sekian berita terkini yang saya laporkan
langsung dari Gunung Prau. Saya Isna Pertiwi selamat sore.
Mungkin begitu kiranya jika ada wartawan yang tak sengaja
lewat di situ. Untung saja Bani tetep sehat bisa jalan. Pras yang tidak sengaja
melakukannya langsung jadi bahan bulyan teman-teman. Hahahaha. Lain kali
botolnya harus ditulis pake spidol permanen biar gag ketuker.
Kami mulai mendaki sekitar pukul setengah empat. Jam
setengah 6, tanda2 puncak sudah dekat belum
juga terlihat. Batu2 besar dan tak adanya pepohonan biasanya menandakan bahwa
puncak tak jauh lagi. Padahal hari sudah mulai gelap dan adzan maghrib sebentar
lagi akan berkumandang.
|
sore di Gunung Prau |
Hari sudah
benar-benar gelap. Matahari sudah kembali keperaduannya diganti dengan jutaan
bintang-bintang. Meski banyak namun cahayanya tak mampu menyinari perjalanan
kami.
“Senter mana senter”. Sekarang senter yang menjadi
penerangan andalan. Karena tidak semuanya membawa senter, aku meminjamkan
senterku ke teman yang jalan paling depan. Alhasil aku banyak kesandung dan
utung saja tidak sampai jatuh.
Jam 7 kami tiba di puncak. Temanku yang jalan paling depan
berteriak kegirangan ketika melihat tenda-tenda yang berdiri.”Hayyyy
puncak-puncak cepet cepet sini. Liat tu ada tenda-tenda”... Semua senang.
Akhirnya setelah perjalanan selama 3 setengah jam kami tiba di tujuan.
3 tenda kami dirikan. 2 tenda cewek dan 1 tenda besar untuk cowok.
Makan malam kami kali ini cukup dengan mie instan dan energen. Semua kenyang,
semua senang.
Brrrrrrr.....malam itu adalah malam paling dingin seumur
hidupku. Kaos panjang, jaket 2 lapis, kaos kaki, celana training panjang, rok
panjang, kaos kaki, kerudung panjang, dan selimut, semua aku kenakan masih saja
terasa sangat dingin. Hanya sesekali angin menggoyangkan tenda tapi terasa
sangat dingin. Hanya ada 1 kata untuk mendeskripsikan malam itu yaitu
DINGINNNNNNNNN. Aku ingin pagi cepat datang.
Pemandangan matahari terbit menjadi buruan kami pagi itu.
Namun sayangnya kabut tebal tak mau mengalah pada kami. Hanya sesekali saja kabut
pergi. Pada saat kabut menipis, aku tak sia-siakan kesempatan ini untuk berfoto
berlatar pemandangan gunung Sindoro dan Sumbing serta langit yang berwarna
orange.
Aku takjub pada tempat ini. Bukit teletubies yang menjadi bayanganku
sedari kemarin, sekarang aku berdiri diantaranya. Tempat nyata dan seindah yang
aku lihat di internet. Bunga-bunga kecil menyelimuti dan menambah keindahannya.
Dan tentu saja film teletubies tidak mengambil latar di sini hahaha itu cuma
khayalanku saja. Pantas saja jika gunung ini mendapat julukan Gunung seribu
bukit.
Aku tidak menyesal pergi ke tempat ini. Walaupun jalannya
licin dan terjal serta sehingga aku sering terjatuh. Perjalanan ini mengajariku
banyak hal tentang mensyukuri nikmat, mengagumi keagungan ciptaan Allah, dan
mengetahui kekayaan dan keindahan alam Indonesia. Jujur setelah perjalanan ini
aku semakin yakin untuk tetap tinggal di Indonesia. Beberapa waktu yang lalu
aku sempat berniat untuk pergi belajar ke luar negeri. Namun, setelah semakin
dalam mengenal Indonesia, aku semakin niat itu aku ikhlaskan.
Bersambung ke petualangan selanjutnya...
|
subuh di puncak Gunung Prau |
|
ini kami rakyat E2 |
|
pemandangan Gunung Sindoro dan Sumbing di Gunung Prau |
|
bukit teletubies |
|
hamparan bunga-bunga di bukit teletubies |