Sumber daya alam di Indonesia
sangat melimpah. Terdapat barang tambang, pariwisata alam, hutan yang luas, dan
keanekaragaman flora dan fauna. Siapa lagi jika bukan kita yang akan
memanfaatkan kekayaan alam bumi Indonesia ini?
Sumber daya alam yang melimpah jika
tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang bagus akan menjadi
sia-sia saja. Lihatlah kondisi pendidikan di negara ini. Permasalahan
pendidikan yang kian hari kian mengeruh saja. Mulai dari ujian nasional,
penyelewengan dana bos, hingga angka putus sekolah yang masih tinggi. Tanpa
generasi muda yang berkualitas, tak mustahil jika nanti suatu saat semua sumber
daya alam Indonesia akan dikelola oleh orang asing. Negeri kita akan terjajah
kembali.
Angka putus sekolah yang tinggi
merupakan satu dari beberapa permasalahan pendidikan di Indonesia. Jenjang
pendidikan SMA memiliki angka putus sekolah yang tertinggi dibanding dengan
tingkat SD dan SMP. Di DKI Jakarta saja jumlah siswa putus sekolah tingkat SMA
adalah 377.198 siswa. Hal ini sungguh memprihatinkan.
Salah satu penyebab siswa putus
sekolah adalah karena kekurangan biaya. Menurut penelitian siswa dari keluarga
miskin memiliki potensi untuk putus sekolah 2,4 kali daripada siswa dari
keluarga berpemasukan menengah dan 10.5 kali daripada keluarga berpemasukan
tinggi.
Pemerintah memiliki program Bantuan
Siswa Miskin yang diimplementasikan sejak pertengahan tahun 2013. Siswa tingkat
SMA mendapatkan bantuan sebesar 780.000 pertahun/anak. Pada tahun 2014
pemerintah menetapkan kuota sebesar 1.696.975 siswa tingkat SMA penerima BSM.
Meskipun bantuan ini belum bisa mengcover seluruh siswa miskin di Indonesia,
BSM dapat mengurangi beban orang tua siswa yang kekurangan.
Dari pihak sekolah sendiri biasanya
terdapat program bantuan untuk siswa miskin. Dana tersebut bisa bersumber dari
iuran guru, dana yayasan, atau bantuan dari orang tua siswa yang mampu.
Faktor lain penyebab putus sekolah
yaitu kehamilan remaja. Sangat
disayangkan, di Indonesia banyak remaja
usia SMA yang putus sekolah karena hamil. Hal ini terjadi karena budaya
pergaulan bebas yang tak tercontrol.
Masalah ini sebenarnya dapat
dicegah dengan bimbingan dan pengawasan dari orang tua. Para orang tua
seharusnya mengenal siapa saja teman-teman dekat anaknya. Hal ini bertujuan untuk
mengawasi kegiatan anak saat diluar rumah. Contoh: saat anak terlambat pulang
sekolah, orang tua dapat menelphone teman dekatnya untuk mengetahui dimana si
anak berada.
Bullying merupakan
tindakan-tindakan atau perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain dalam hal ini antar sesama pelajar. Contoh
tindakan Bullying diantaranya adalah mengejek, menghina, merendahkan,
mengintimidasi, melecehkan hingga mengasari secara fisik. Bullying dapat
menjadi alasan mengapa siswa putus sekolah.
Peran guru sangat penting dalam
permasalahan ini. Guru, tidak harus guru BK, berusaha menyemangati siswa yang
dibully dengan cara memberi nasehat- nasehat yang menguatkan. Guru seharusnya
menegur dan bila perlu memberikan sanksi tegas kepada si pembully agar si
pembully jera dan tidak lagi mengulangi perbuatannya. Guru wajib memberitahukan
masalah ini pada orang tua pembully dan korban bully agar orang tua
masing-masing minimal mengetahui apa yang sedang terjadi di sekolah. Sekolah
juga seharusnya membuat aturan tegas tentang pembulian
Tingginya angka siswa putus sekolah
di jenjang SMA bukan tanggung jawab pemerintah saja. Namun, hal ini merupakan
tanggung jawab kita semua sebagai warga negara. Jika semua pihak berperan
(guru, orang tua, pemerintah, siswa), siswa putus sekolah di Indonesia akan
berkurang.